Kamis, 26 Maret 2009

Kita punya empat musim untuk hidup, tiga musim mungkin telah berlalu.

senja.jpg

Dikatakan kalau kita memiliki empat musim untuk hidup – semi, panas, gugur, dan dingin. Namun, tiga diantaranya mungkin telah berlalu. Waktu, seperti yang kita alami di atas dunia ini, sangat cepat berlalu, secepat kedipan mata.

Kita tidak berusaha menjalani hidup, seolah-olah kita akan hidup selamanya. Kita menunda spiritualitas, dan mengira kita akan bisa mengurusi hal itu di usia senja kita seolah-olah waktu kita masih banyak. Tapi apa itu usia senja? Siapa yang bisa memastikan usia kita akan sampai kesana? Kita bisa membuat rencana untuk lima puluh tahun ke depan, namun kita sama sekali tidak tahu apa yang akan terjadi satu detik mendatang.

Kita perlu mengintegrasikan identitas spiritualitas kita ke dalam semua yang kita lakukan di alam jasad ini. Cara kita berjalan, berbicara, makan, tidur, melakukan bisnis, dan berinteraksi dengan keluarga kita, semuanya bisa diintegrasikan dan merefleksikan spiritualitas kita.

Hidup adalah anugrah yang sangat berharga –anugrah yang datang bersama dengan tanggung jawab. Dengan anugrah ini, kita dituntut menggunakan bakat kita untuk membuat dunia kita, termasuk lingkungan korporat kita, tempat yang lebih baik, dan menjalani hidup penuh etika dan seimbang.

Ini memberi kita rasa kesegeraan dalam kehidupan korporat kita dan keinginan untuk mengatasi berbagai isu penting dalam hidup ini tanpa harus berlambat-lambat.